Selasa, 28 Mei 2013

Mengintip Kegiatan Liburan Siswa di JEPANG

  guol Di Jepang, terdapat dua liburan besar. Akhir Februari sampai akhir Maret (libur musim dingin) serta musim panas (Agustus-September). Namun juga ada liburan akhir tahun selama kurang lebih 2 minggu. Inilah yang mungkin agak membedakan dengan liburan secara umum sekolah di tanah air. Di jepang, siswa tetap memiliki kegiatan terprogram selama liburan. Ada berbagai macam jenis kegiatan yang mereka lakukan selama liburan. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa di kategorikan dalam bidang-bidang berikut: Pelajaran, sosial dan interaksi, seni/ kreatifitas dan pekerjaan rumah.
Untuk anak kelas I SD misalnya, mereka diminta untuk membaca paling tidak 3 buku. Dan setelahnya anak diminta untuk membuat laporan atas ketiga buku yang dibacanya melalui gambar. Gambar itu menggambarkan tentang apa yang telah dibaca dan reaksi setelah membacanya. Anak-anak juga dimotivasi untuk membuat 3 gambar kegiatan liburannya. Ke pantai, mengunjungi castle atau ke amusement park yang banyak tersebar di Jepang.

Dibidang seni, anak diminta untuk membuat mainan yang diciptakannya sendiri. Mainan hasil ciptaannya tersebut kemudian di pajang dan dipamerkan di sekolah. Saat mengunjungi SD Kumadai beberapa saat yang lalu, seorang siswa menunjukkan sebuah hasil karyanya. Karya itu berupa sebuah origami berbentuk monster dan ultraman. Sangat bagus dan hampir menyerupai bentuk aslinya.
Di beberapa kegiatan, sekolah juga menganjurkan penggunaan alat-alat pertukangan untuk membuat karya seni bagi anak didiknya. Semisal, penggunaan paku, palu dan alat lainnya. Benda-benda ini digunakan saat anak diminta untuk berkreasi tentang kayu. Menjadikannya mobil-mobilan, perahu atau vas bunga.
Selama liburan, siswa juga memiliki projek sains.Anak bisa memilih sendiri apa yang akan ditelitinya selamam liburan. Mencatat perkembangan bunga di pekarangan rumah, mengukur berat buah yang ditanam keluarga mereka, mencatat suhu udara harian atau kegiatan yang lebih komplek lainnya.
Salah satunya, kegiatan projek sains yang dilakukan oleh buah hati pemilik kedai halal tadi. Sang anak- Shalahudin- saat ini duduk di kelas 2 SD di Kumamoto Jepang. Dia membuat sebuah projek sain tentang kegiatan harian. 2 kucing peliharaan serta sang adik menjadi objek p penelitiannya. Disini dia mencatat apa saja yang dilakukan adik dan kucingnya. Detik demi detik yang menarik baginya kemudian dia tuangkan dalam sebuah matrik kegiatan selama sehari tersebut. Konon, Shalahudin sampai pada kesimpulan bahwa apa yang dilakukan oleh sang kucing dan sang adik adalah sama: malas-malasan. Yang mereka kerjakan hanya bermain dan lari-larian, tidur-tiduran, makan dan bercanda. Nah khan!!!!!!. Berikut adalah salah satu lembar hasil penelitian sains sang Shalahudin.
marlo
Kegiatan lainnya yang tidak kalah penting adalah membantu kegiatan di rumah. Orang Jepang memang terlalu sibuk dengan duni pekerjaanya. Bahkan sangat jarang melakukan pembersihan rumahnya. Karenanya kemudian, sekolah menganjurkan sang anak melakukan kegiatan bersih-bersih selama liburannya. Untuk anak-anak kelas bawah, biasanya mereka dianjurkan melakukan kegiatan sebagaimana berikut: mencuci pakaian dan seragam sekolah, sepatu. Mereka juga dimotivasi untuk melakukan kegiatan menyetrika pakaian yang relatif mudah disetrika, saputangan, handuk dan barang berbahan dasar kain lainnya.Mereka juga dianjurkan untuk membersihkan kamar mandi, menyapu lorong jalan di perumahan, disuruh ke toko membeli sesuatu dan membersihkan lantai rumah.
Biasanya, selepas liburan, orang tua di undang datang ke sekolah. Untuk sekedar menikmati hasil karya anak mereka selama liburan atau mengikuti sebuah kelas. Disitu orang tua menyaksikan bagaimana pembelajaran di kelas anaknya. Apa yang dilakukan guru untuk membelajarkan anaknya, dan orang tua menjadi tahu dan memiliki kesempatan untuk melakukan observasi. Kegiatan ini di Jepang di sebut: GOKAI JUGYO.
Dia akhir perbincangan tersebut, Pak Marlo menyampaikan bahwa di sekolah anaknya, mungkin ini juga berlaku di Jepang, orang tua terlibat dalam kegiatan bersih-bersih. Konon, istrinya melakukan kegiatan bersih-bersih di sekolah tiap sebulan sekali. Bersama anaknya, sang ibu mengepel lantai dan membersihkan aneka ruangan di sekolah anaknya. Apa yang sesungguhnya ibu ini lakukan tidak bisa dipahami sebatas bersih-bersih semata. Dalam konteks ini sekolah telah berhasil membangun komunikasi dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya. Kepedulian orang tua pada sekolah melahirkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keberhasilan di dalamnya. Mungkin agak berbeda jauh dengan yang terjadi di Indonesia. Orang tua datang kesekolah jika sang anak memiliki masalah prilaku atau sekolah punya mau. Misalnya menarik iuran ini dan itu. Alangkah indahnya jika sekolah kita mulai membangun hubungan yang harmonis dalam aspek-aspke diluar kegiatan finansial semacam ini. Dan alangkah senangnya orang tua terlibat dan bisa melihat secara langsung pembelajaran di sekolah. memimpikan sekolah yang tidak sekedar tempat mengajari anak pengetahuan dan konsep melainkan juga praktek di lapangan. tetap semangat menjadi pendidik bangsa ini. I am proud to be educator….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUBAN Portal & News | Kota Tuban Dot Com

Infotainment

detikcom